Laman

Jumat, 18 Februari 2011

Digi-iFace: Mesin Absensi Deteksi Wajah

Mengakali mesin absensi pegawai sudah menjadi masalah klasik yang masih ditemukan, utamanya bagi perusahaan skala menengah ke atas. Namun, pegawai 'nakal' tidak akan bisa berkutik tatkala perusahaan menggunakan mesin absensi pendeteksi wajah.

Berkat kehadiran Digi-iFace, pegawai 'nakal' tidak akan bisa memanipulasi kehadiran lagi. Pasalnya, mesin ini mengenali 128 titik wajah dan rambut, sebelum mengubah data tersebut menjadi algoritma. Selanjutnya, format baru tersebut akan dibandingkan dengan data yang ada, sebelum memutuskan benar-salahnya pengisian absensi. Ini tentu sangat berbeda dengan sistem sidik jari yang memindah titik dalam dua dimensi, sehingga gambar foto pegawai pun tetap tidak dikenali karena sifatnya yang 2D.

 
Digi-iFace sendiri merupakan mesin yang cukup high-end. Misalnya, 4,3 inchi layarnya merupakan layar sentuh, sehingga pengetikan dapat dilakukan langsung di layar. Lalu baterei yang dipasang dapat membantu Digi-iFace tetap menyala tanpa listrik selama 4-5 jam pengoperasian.

Meski Digi-iFace bukan lagi mesin sidik jari, tetapi alat absensi sidik jari dan kartu chip tetap dimuat di sana. Selain itu, ada pula dua port USB, dan satu port TCP/IP untuk koneksasi ke PC. Sedang di bagian dalamnya, Digi-iFace dipasangi prosesor Multi-Bio 600 dengan memori mencapai 256M flash, agar mampu merekam 500 data wajah, 10 ribu sidik jari, dan 80 ribu kartu chip. 

Facepresence dari Indonesia
Di Indonesia, mesin pengenal wajah sering disebut sebagai mesin kehadiran berbasis wajah (facepresence). Kalau  berpikir facepresence hanya bisa dibeli dengan cara impor, PT C&C yang berlokasi di Jakarta sudah berhasil mengembangkan sistem aplikasi sejak pertengahan 2009 lalu. Konon, tingkat akurasinya mencapai 99,7 persen, berkat ujicoba selama tujuh tahun, sehingga perusahaan klien tidak perlu takut terjadi kesalahan pembacaan.
 Meski mesinnya sendiri masih didatangkan dari luar negeri, tetapi aplikasi pendukungnya murni bikinan dalam negeri. Sehingga, persoalan harga bisa ditekan hampir 75 persen di bawah produk impor. Sayangnya, software pendukung ini sudah demikian banyak dijual dengan harga murah di situs-situs AS dan Eropa.



2 komentar:

  1. maaf mengganggu saya hanya ingin berbagi artikel yang berkaitan tentang Deteksi Wajah
    berikut linknya :
    http://repository.gunadarma.ac.id:8080/bitstream/123456789/781/1/ImageProcessing_DewiAR_2%286%29140_145.pdf
    semoga bermanfaat :)

    BalasHapus
  2. Muhammad Iqbal
    Thank you for nice information
    Visit our website : https://journal.uhamka.ac.id/index.php/rektek/index

    BalasHapus