Laman

Jumat, 04 Februari 2011

Tips Pemilihan Bibit Ikan

Benih atau bibit ikan yang baik tentu akan memperoleh hasil yang baik itu kata pepatah, tapi.. dengan benih yang baik saja tidak cukup menjamin bahwa ikan yang kita pelihara akan berhasil dengan baik.
Perawatan serta pemberian pakan yang sesuai serta sirkulasi air yang baik tentu juga sangat mendukung hal tersebut.
       Didalam pemilihan bibit ikan, selain jenis dan lainnya tentu yang sangat diperhatikan adalah tempat pembelian benih tersebut. Carilah tempat pembenihan yang dekat dengan kolam yang akan kita isi dengan benih tersebut.
Pembelian benih yang terlalu jauh sangat tidak menguntungkan bagi benih yang akan kita sebar karena ada kelelahan ikan-ikan tersebut belum lagi ikan harus menyesuaikan lagi dengan lingkungan yang barunya.
Berdasarkan pengamatan dari beberapa tempat penebaran pembenihan yang menggunakan media kolam permanen (semen), banyak bibit ikan yang mati karena pembelihan yang terlalu jauh.
Agar meminimalisasi angka kematian, perlu dipikirkan juga penyediaan bibit yang baik, murah dan tentunya dekat dengan tempat kolam yang akan kita gunakan.
       Adapun keberhasilan usaha pembibitan ikan mas sangat ditentukan oleh kualitas induk. Pemilihan calon induk harus mempertimbangkan ras atau varietas ikan yang akan dipelihara. Ciri-ciri calon induk yang baik berbeda-beda untuk setiap ras atau varietas. Secara umum ciri-ciri calon induk yang baik sebagai berikut :
  • Sehat, tidak cacat, dan tidak terluka.
  • Umur induk 1.5-3 tahun.
  • Sisik tersebar teratur dan berukuran agak besar.
  • Sisik tidak terluka dan tidak cacat.
  • Bentuk dan ukuran tubuh seimbang, tidak terlalu gemuk atau terlalu kurus.
  • Tubuh tidak terlalu keras atau terlalu lembek.
  • Perut lebar dan datar.
  • Ukuran tubuh relatif tinggi.
  • Bentuk ekor normal, cepat terbuka, pangkal ekor relatif lebar, dan tebal.
  • Kepala relatif kecil dan moncongnya lancip, terutama pada induk betina.
  • Sebab, jumlah telur ikan mas yang berkepala kecil biasanya lebih banyak daripada ikan yang berkepala besar.
  • Jarak lubang dubur relatif dekat dengan pangkal ekor.
Sedangkan untuk ikan bawal tidak beda jauh. Pemilihan bibit ikan dengan teliti adalah penting, karena hanya dengan bibit yang baik maka ikan akan hidup dan tumbuh dengan baik.
Adapun ciri-ciri bibit ikan bawal yang baik antara lain:
  • Sehat
  • Anggota tubuh lengkap dan tidak cacat
  • Aktif bergerak
  • Tidak membawa penyakit
  • Ukuran seragam
  • Jenis Unggul
Sebelum bibit ikan ditebar perlu diadaptasikan, dengan tujuan agar bibit bawal tidak dalam kondisi stress saat berada dalam kolam. Cara adaptasinya adalah : ikan bawal yang masih terbungkus dalam plastik yang masih tertutup rapat dimasukkan kedalam kolam, biarkan sampai dinding plastik mengembun.
Ini tandanya air kolam dan air dalam plastik sudah sama suhunya, setelah itu dibuka plastiknya dan air dalam kolam masukkan sedikit demi sedikit ke dalam plastik sampai bibit terlihat dalam kondisi baik. Selanjutnya bibit ditebar/dilepaskan dalam kolam secara perlahan-lahan.

Pertanian Indonesia tentang Penerapan Pola Mina Padi

Indonesia adalah negara agraris atau negara pertanian, di mana mayoritas penduduknya bermata pencaharian sebagai petani. Kebanyakan penduduk negeri ini bercocok tanam dan mengelola tanah sebagai sumber kehidupannya. Oleh karena itulah, maka artikel pertanian Indonesia menjadi hal penting untuk meningkatkan eksistensi tersebut.
      Artikel pertanian Indonesia diharapkan dapat menjadi satu sumber informasi bagi para petani. Hal ini sangat penting sebab perkembangan pola kehidupan menjadikan adanya penemuan penemuan baru, terutama dalam bidang teknologi pertanian. Dan, sebagai petani, maka seharusnya berbagai informasi ini kita dapatkan secara mudah.
       Informasi mengenai berbagai teknik dan perkembangan teknologi pertanian merupakan sumber pengembangan dan peningkatan hasil usaha tani. Dan, semua informasi tersebut umumnya berupa artikel pertanian Indonesia. Dalam artikel itulah, para ahli menuliskan berbagai penemuan yang sudah didapatkan dari berbagai penelitiannya. Salah satunya adalah mengenai pola tanam Mina – Padi, yaitu menggabungkan penanaman padi dan penebaran ikan di lahan yang sama.
Untuk menerapkan pola pertanian Mina – Padi ini, maka kita dapat melakukan beberapa langkah berikut:
Persiapan Lahan Persawahan
Pembangunan Nasional mempunyai tujuan diantaranya adalah untuk dapat meningkatkan pendapatan petani. Dan, salah satu cara yang dilakukan adalah  dengan meningkatkan efektivitas pengolahan dan  penggunaan lahan, misalnya dengan menerapkan teknologi tanam mina padi pada tanah persawahan.
        Pada sistem ini, ikan dipelihara secara bersamaan, yaitu ikan dan padi pada satu lahan. Sistem pemeliharaan mina padi, maka kita dapat memelihara ikan untuk satuan waktu sekitar 30 hari. Dari kondisi ini, maka kita akan memperoleh ikan yang mempunyai bobot 1 kg untuk setiap 30 – 40ekor ikan. Waktu pemeliharaan ini sesuai dengan masa tanam pada proses penyiangan padi pada tahap pertama dan kedua.
Penerapan sistem pemeliharaan mina padi ini diarahkan agar :
  1. Dapat semakin meningkatkan penghasilan atau produktivitas lahan
  2. Pendapatan petani dari lahan semakin meningkat
  3. Kualitas makanan bagi penduduk pedesaan dapat meningkat secara signifikan.
Sementara itu, agar kita dapat mengembangkan sistem mina  padi ini, maka kita harus memenuhi beberapa persayaratan tertentu, yaitu:
  1. Pematang keliling pada petakan sawah harus yang kuat dan dapat menahan air serta tidak bocor.
  2. Lebar pematang sawahnya sekitar 30-50 cm dengan ketinggian 40-50 cm.
  3. Untuk saluran pemasukan air dan pengeluaran air diberi saringan yang dibuat dari kawat kasa, bambu atau bahan lainnya untuk menghalangi ikan keluar dari lahan sawah.
  4. Untuk pengaliran air dapat dibuat secara lurus atau menyudut pada diagonal lahan.
Penanaman ikan
Untuk menerapkan pola mina padi, maka jenis ikan yang paling banyak dipelihara, ditanam dalam hal ini adalah ikan mas. Ikan ini kita tebarkan ke lahan persawahan setelah 4 hari penanaman padi. Untuk pemeliharaan yang bagus, maka kita menebarkan ikan dengan ukuran yang sama.
      Jika ikan yang kita tebarkan berukuran antara 2 – 3 cm, maka penebarannya adalah sebanyak 2 – 3 ekor tiap meter persegi luas lahan. Tetapi untuk ikan ukuran 3 – 5 cm, penebarannya sebanyak 1 – 2 ekor tiap meter perseginya.
Sementara untuk menjaga keberadaan dan pertumbuhan ikan, maka kita menambahkan makanan tambahan dari dedak, yaitu gilingan lembut kulit padi sejumlah 2 sampai 4 kg setiap hari untuk setiap hectare lahan mina padi.
      Jika semua langkah telah kita lakukan, maka dalam waktu 30 sampai 40 hari kemudian ikan kita sudah yang kita tebarkan, yang berukuran 2 sampai 3 cm sudah mencapai ukuran 3 – 5 cm, sementara yang berukuran 3 – 5 sudah mencapai ukuran sebesar 5 – 8 cm. 

Hasil Mina Padi
Sebagaimana sudah kita jelaskan di awal, model pengelolaan lahan sawah ini menerapkan  pola penanaman padi dan ikan secara bersamaan pada satu lahan, maka hasil yang kita peroleh-pun ada dua hal, yaitu ikan dan padi. Jadi keuntungan yang kita peroleh adalah berasal  dari penanaman padi dan juga dari penanaman ikan.
     Pertanian memang perlu dikembangkan dan dilakukan langkah inovatif agar keberadaannya tidak statis. Dengan demikian, maka artikel pertanian Indonesia akan terus berkembang dan tidak lagi konvensional. Tetapi, permasalahannya adalah, siapkah para petani menerapkan konsep ini?

Tekanan Pangan dan Minyak

JANGAN sepelekan harga pangan dan minyak. Bila keduanya naik melambung tinggi, tak terpikulkan oleh rakyat, pemerintahan Yudhoyono bisa limbung dibuatnya.

Tak ada yang baru dengan postulat itu. Sejak tiga tahun lalu, analis memperingatkan perihal meningkatnya harga energi dan pangan serta ancamannya bagi perekonomian kita. Akan tetapi, analisis itu cenderung ditanggapi ad hoc, bahkan dianggap angin lalu.

Salah satu penyebabnya karena harga minyak tidak terus-menerus naik. Bahkan bisa turun rendah membuat pemerintah bernapas lega dan lupa akan ancaman harga minyak.

Harga minyak memang sempat menyentuh US$150 per barel pada 2008, kemudian turun, bahkan pernah mencapai US$30 per barel pada 2009.

Banyak yang menyebutkan penurunan itu hanyalah fenomena sesaat. Sebab, permintaan energi terus bertambah, sedangkan produksi terus turun. Rezim energi murah sudah lewat.

Kini, harga minyak meroket lagi menyentuh US$100 per barel. Bertambah gawat, karena harga pangan pun memperlihatkan kelakuan sama.

Tren lima tahun terakhir menunjukkan harga pangan terus naik. Rezim pangan murah pun sudah lewat. Penyebabnya, laju pertumbuhan penduduk tidak terkendali, sedangkan laju produksi pangan terus menyusut karena lahan pertanian tergerus dan perubahan iklim.

Dampak paling nyata bagi perekonomian kita terbaca amat gamblang pada inflasi yang meleset dari target. Pada 2010, inflasi ditargetkan 5,3%, nyatanya mencapai 6,3%. Bahkan, ancaman inflasi tinggi bakal menghantui pada 2011. Badan Pusat Statistik menyebutkan inflasi Januari 2011 mencapai 0,89%, lebih tinggi daripada Januari 2010 yang 0,82%.

Kenaikan inflasi itu cukup signifikan (sekitar 0,37%) dipicu kenaikan harga beras dan cabai. Melihat iklim yang tidak menentu dan ancaman gagal panen yang mengintai, amat sulit meyakini bahwa inflasi bisa ditekan menjadi 5%, yang relatif aman untuk perekonomian kita.

Celakanya, pemerintah seperti belum melihat geliat harga minyak dan pangan sebagai ancaman di depan mata. Lihatlah bagaimana pemerintah tetap menggebu-gebu membatasi penggunaan bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi tanpa mekanisme yang pasti.

Usulan pakar perminyakan agar pemerintah menaikkan harga BBM secara bertahap tidak digubris karena langkah itu tidak populer dan berpotensi menggerus citra.

Di bidang pangan, langkah yang diambil adalah membebaskan bea masuk impor 57 komoditas terkait dengan pangan. Akibatnya, harga pangan tidak turun secara signifikan, malah petani kita sangat dirugikan karena produknya tidak laku akibat serbuan barang impor.

Begitulah, yang diambil bukan kebijakan jangka panjang yang konsisten, yang meyakinkan. Dalam hal minyak, pemerintah memilih bereksperimen. Kebijakan energi terbarukan hanyalah hangat-hangat tahi ayam.

Soal pangan, pemerintah mengambil kebijakan gampangan dengan mengimpor. Inilah negara agraris yang tidak malu mengimpor.

Sampai kapan pemerintah menganggap enteng pangan dan minyak? Janganlah tunggu sampai rakyat marah karena tak mampu menahan beratnya kehidupan.

 Sumber

Krisis Pemimpin

PEMIMPIN adalah orang pilihan dengan berbagai kelebihan. Salah satu kelebihannya ialah memiliki integritas yang tinggi.

Integritas berkaitan dengan moralitas. Di antaranya, jujur dan konsisten. Jujur saja tetapi mencla-mencle, plinplan, bukan pemimpin berintegritas. Konsisten doang, tanpa kejujuran, pun bukan pemimpin berintegritas. Sebab ada yang konsisten berbohong.

Pemimpin berintegritas adalah pemimpin yang telah selesai dengan dirinya, telah selesai dengan semua kepentingan sempit. Ia mampu menyatukan perkataan dan perbuatan demi sebesar-besarnya kepentingan hajat hidup orang banyak. Tak kalah penting, ia tahu batas, tahu kapan harus turun dari takhtanya.

Celakanya, tidak banyak bangsa di dunia yang memiliki atau dianugerahi pemimpin seperti itu. Bahkan, lebih banyak yang enggan belajar dari sejarah hancurnya sesama pemimpin yang tidak berintegritas.

Contohnya apa yang terjadi di Mesir saat ini, yang menimpa Presiden Hosni Mubarak, yang telah berkuasa 30 tahun. Warga Mesir muak sudah. Setelah berkuasa begitu lama, Hosni Mubarak tidak membawa banyak perubahan. Yang terjadi justru maraknya korupsi, kemiskinan, dan pengangguran.

Akan tetapi, Mubarak tetap bertahan. Ia menggunakan tentara untuk melibas rakyatnya. Hosni Mubarak mestinya belajar dari revolusi di Tunisia. Pertengahan bulan lalu, Presiden Ben Ali yang juga sudah puluhan tahun berkuasa digulingkan unjuk rasa rakyat Tunisia. Ben Ali menambah panjang daftar pemimpin yang lari meninggalkan negerinya karena diusir rakyatnya.
Gejolak serupa sekarang sedang melanda banyak negara di Arab dan Afrika. Sebut saja di Yaman. Para mahasiswa di Sanaa, ibu kota Yaman, juga sedang getol berdemonstrasi menuntut Presiden Abdullah Saleh mundur.

Apa yang terjadi di negara-negara itu sesungguhnya buah tiadanya pemimpin berintegritas. Habis sudah kesabaran rakyat, habis sudah kepercayaan rakyat. Mereka bersedia mati untuk menumbangkan sang pemimpin.

Perihal langkanya pemimpin yang berintegritas itu juga mulai dikeluhkan banyak kalangan di negeri ini. Akumulasi ketidakpuasan kepada pemimpin terus berkembang, bahkan ada yang telah sampai kepada tuntutan agar Presiden turun dari jabatannya.

Pemimpin negara turun dengan cara tidak enak bukan hal baru di negeri ini. Sesuatu yang mestinya juga tidak enak untuk diulangi kembali. Karena itu, jangan sepelekan integritas.